SERANG – Saat ini jarang ditemukan anak jalanan (anjal) dan gelandangan pengemis (gepeng) di jalan-jalan di Kota Serang lantaran lantaran Pemkot Serang menempatkan petugas Satpol PPP untuk mengawasi mereka. Terus diawasi di jalanan, anjal dan gepeng tak abis akal. Mereka kini mendatangi kompleks-kompleks perumahan dan tempat peribadatan.
“Iya, sekarang saya lebih memilih ke kampung-kampung karena sekarang banyak yang jaga di jalanan. Sering dimarahi kalau ketawan kita di jalanan,” ujar Robiah, gepeng di salah datu kompleks perumahan di Cipocok Jaya, seperti dilansir Radar Banten, Jumat (1/2). Perempuan berusia 50 tahun ini mengaku berbuat seperti itu lantaran desakan ekonomi.
Pantauan Radar Banten, dalam melakukan aksinya Robiah mendatangi warung-warung dan tidak segan-segan meminta uang atau makanan. Menjelang sore, ia pulang ke rumahnya di Kampung Tegal Luhur. “Saya melakukan ini (ngemis-red) untuk mencari makan karena. Saya udah bercerai dengan suami. Kadang-kadang ada yang memberi makanan tapi ada juga yang memberi uang. Saya tidak punya pekerjaan sementara saya harus menghidupi dua anak saya,” tambah Robiah yang mengaku sudah diceraikan suaminya sejak lima tahun lalu itu.
Udin, warga Kampung Sumur Pecung, yang menjadi anjal mengaku kerap beraksi di warung makan di Ciceri. Dalam melakukan aksinya, Udin yang diketahui baru berusia delapan tahun itu selalu meminta-minta pada orang yang sedang makan. “Dulu memang selalu mangkal di lampu merah tapi sekarang mah takut. Lumanyan saya dapat uang buat jajan karena saya tidak dikasih uang sama ibu dan bapak saya,” katanya polos.
Akibat menjadi anjal, ia mengorbankan sekolah. “Dulu pernah sekolah tapi tidak pernah dikasih jajan. Mendingan saya meminta-minta jadi bisa jajan,” ujarnya.
Kepala Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial (Dinsos) Kota Serang Iwan Setiawan mengatakan, pihaknya sebenarnya menginginkan adanya pokja, khususnya di jalan-jalan protokol untuk menjaga agar anjal dan gepeng tidak mangkal. Nantinya, pokja tersebut melibatkan aparat setempat, seperti RT dan RW. Tahun ini pembentukan pokja tersebut dapat terealisasi.
Saat ini, kata dia, anjal dan gepeng memang jarang terlihat di sepanjang jalan protokol sejak pagi hingga pukul 16.00 WIB. Namun, setelahnya, mereka kembali berkeliaran. Rata-rata anjal yang ada adalah warga asli Kota Serang. “Bahkan, mereka pun anak usia sekolah,” ujar Iwan didampingi Kepala Seksi Pelayanan dan Perlindungan Anak dan Lansia Dinsos Kota Serang Hendri Sudiarni di ruang kerjanya, kemarin.
Iwan mengakui Dinsos belum dapat berbuat maksimal karena belum adanya UPT Dinsos. Setelah adanya UPT, baru dapat dibentuk panti sosial karena Dinsos terbatas tenaga dan tidak punya instruktur untuk membina anjal dan gepeng. “Kalau ada panti minimal mereka dapat dibina di Kota Serang. Sekarang tidak ada panti. Jadinya kami bingung, setelah razia mereka mau dikemanakan. Kalau dibawa ke panti di luar Banten, biasanya keluarga mereka ada yang keberatan,” ungkapnya.
Padahal di luar Banten, UPT dari Kementerian Sosial (Kemensos) siap menampung mereka. “Termasuk gepeng. Mereka juga susah untuk dibina dan diberi pelatihan keterampilan. Mereka lebih suka mencari uang banyak dengan cara instan,” terang Iwan.
Ia mengatakan, sulitnya menertibkan anjal dan gepeng karena mereka menilai itu adalah pekerjaan. Makanya, saat akan diberikan pembinaan dan pelatihan mereka akan menolak. Mereka justru meminta bantuan uang tunai. “Kami sering mendatangi mereka dan menawarkan mereka untuk dibina. Tapi mereka terus menolak. Kami juga tidak bisa memaksa karena itu melanggar HAM. Kami kerepotan juga,” keluhnya.
Untuk itu, Iwan pun berharap, masyarakat tidak memberi uang kepada mereka di jalan sebagai upaya efek jera. Bahkan, ia mengungkapkan, ada sewa menyewa bayi dan gitar kepada gepeng. “Yang saya pernah dengar, sewa bayi itu mencapai Rp 20 ribu per hari. Sedangkan gitar kecil yang sering digunakan anjal disewa dengan harga Rp 5 ribu,” ungkap Iwan.
Ia pun baru mengetahui adanya sewa menyewa itu setelah ia menyita gitar beberapa anjal. Para anjal itu datang ke kantor Dinsos dan meminta gitar dikembalikan karena barang sewaan.
Hendri menambahkan, berdasarkan hasil pendataannya, penghasilan para anjal dan gepeng mencapai Rp 50-100 ribu per hari. Makanya berdasarkan 11 titik traffic light di Kota Serang, jumlah anjal di Kota Serang meningkat dari 193 anjal pada 2012 kini menjadi 237 anjal. “Yang dikatakan anjal itu yakni usia 5 sampai 18 tahun. Mereka bekerja di jalanan atau lebih banyak menghabiskan waktu di jalan,” terangnya.
Jumlah anjal sebanyak 237 orang itu terdiri dari 226 anak laki-laki dan sebelas perempuan. Anjal itu tersebar di lima kecamatan, Kecamatan Serang 181 anjal, Cipocok Jaya 29 anjal, Curug 6 anjal, Taktakan 15 anjal, dan Walantaka 6 anjal. “Di Kasemen bukannya tidak ada. Banyak malah. Tapi mereka lebih banyak mangkal di Banten Lama. Kalau kami melakukan pendataan di lampu-lampu merah,” urai Hendri.
Ia mengatakan, dari jumlah anjal yang ada, 42 persen mengaku menjadi anjal karena kebutuhan ekonomi, 30 persen karena lingkungan, dan 28 persen karena kebiasaan.
Sementara, tambahnya, usia gepeng di atas anjal, yakni 18 tahun ke atas. Sebenarnya di Kota Serang tidak ada gelandangan. Sedangkan jumlah pengemis pada 2012 mencapai 136 orang.
Terpisah, Kepala Satpol PP Kota Serang Akhmad Mujimi mengatakan, pihaknya memang menempatkan personel di sejumlah perempatan sejak Natal 2012 dan malam tahun baru. Penempatan itu dilakukan karena selama ini operasi anjal dan gepeng tidak efektif karena belum adanya panti rehabilitasi. “Untuk itu kami berupaya menempatkan personel di sepanjang jalan protokol dengan harapan dapat meminimalisir jumlah mereka,” terangnya.
Setiap perempatan, Satpol PP menempatkan lima personel. Petugas yang ada pun dibagi dua shift, yakni pukul 07.00 WIB sampai 14.00 WIB dan 14.00 WIB sampai 21.00 WIB.
Mujimi mengakui, adanya penempatan personel Satpol PP di perempatan lampu merah tidak membuat jumlah anjal dan gepeng berkurang. Bisa saja mereka justru berpindah ke daerah-daerah yang tidak ditemui Satpol PP, seperti di dalam angkot, di terminal, hingga di perumahan. Tapi dengan adanya penempatan personel, paling tidak ada efek terhadap anjal dan gepeng. (rb/yes)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar